Hujan
Orang-orang diluar sana terkadang aneh, Mereka bilang
menyukai hujan, tapi mereka selalu berlidung dibalik
payung, berlindung dibalik atap.
Bahkan ada beberapa dari mereka memaki hujan
karena membuat baju mereka basah.
Mereka tidak benar-benar menyukai, hanya
mulutnya saja, tidakanya tidak. Mereka hanya
mencari sensasi atau sedang menjual romantisme.
Kenyataanya, mereka menyesali hujan yang tak
kunjung reda, membuat dingin udara disekitar, dan
membuat jemuran tak kunjung kering.
Sayang sekali cintanya hanya sebatas kalimat,
sayang kalimatnya hanya sebatas status di media
sosialnya. Hanya menjadi foto untuk mendukung
kesenduanya.
Kita tidak akan pernah mengerti hujan kecuali
kita menjadi hujan itu sendiri. Bagaimana
jika sesekali kita mendengar kata orang yang menyukai
kita, padahal dibelakang itu semua tidak demikian.
Manusia banyak yang seperti itu. Manusia telah
terlatih untuk berpura-pura di hadapan orang lain.
Memanipulasi sikapnya dan menyaring
kata-katanya menjadi manis. Meski tidak dalam
hati dan fikiran.
Dan kita telah belajar menjadi hujan. Bahwa ia akan
turun dan tidak peduli dengan banyak orang yang
menyesali kehadiranya. Hujan akan tetap turun
untuk yang membutuhkanya, untuk orang-orang yang
merindukan kedatanganya. Untuk tanaman dan
hewan yang membutuhkanya.
Tidak perlu menghabiskan pikiran dan hati kita
untuk memikirkan orang-orang yang tidak menyukai
kita. Lebih baik hati dan pikiran kita curahkan
untuk orang-orang yang lebih menghargai kita,
untuk orang-orang yang mencintai kita dan
menunggu kita.
Meski jumlahnya tidak banyak, tapi itu
akan membuat hidupmu lebih bahagia. Dan
tidak perlu bersusah payah untuk membuat hidupmu
bahagia. Karena sampai kapanpun akan ada
orang yang tidak menyukaimu.
Hujan akan tetap turun meski dibenci, Karena ia
datang bukan untuk mereka. Ia datang untuk
orang-orang yang merindukanya dan mencintainya.
Hidup kita seperti demikian, Hari ini, aku akan menjadi
hujan. Agar aku jatuh dihatimu dan kamu tidak bisa
menghindarinya.
EmoticonEmoticon