![]() |
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Saat Haul Agung Sunan Ampel 2016 |
kalian lihat, Sunan Ampel misalnya, ada berapa ratus orang berdzikir di makam beliau setiap hari?
Makam Sunan Kalijogo, berapa ratus orang yang sudah menyebut nama Allah setiap malam disana?
Sunan Muria, sudah berapa ribu orang yang membaca Al-Qur,an dan membaca Sholawat disana (muria)?.
saya sendiri saja masih susah mengajak anak-anak saya sehabis magrib untuk berkmpul dan memperkenalkan ajdad (leluhur),berdoa,berdzikir,dan membaca Qur,an.
Bagaimana bisa seramai di makam para auliya' Allah Walisongo? padahal mereka sudah wafat ratusan tahun lalu, dan saya masih hidup.
Berziarah, selain melahirkan budaya Malu seperti tadi, seharusnya berfungsi memperkenalkan siapa yang ada di makam tersebut kepada anak-anak kita. bukan Walisongo saja, tapi perkenalkan juga siapa Kiai Sentot Prawirodirjo, Kiai Diponegoro, Jendral Sudirman. karena kita semakin lupa dengan pahlawan di negri ini.
Lihatlah bendera kita, Merah Putih, ia berdiri tegak bukan secara gratis!!!! ada darah dan nyawa para pahlawan yang harus dipertaruhkan demi bendera itu. coba kita kenalkan para pahlwan itu setiap habis magrib.
Ibarat kita merdeka ini, seperti ibarat hidangan di meja depan kita dan kita tinggal melahapnya saja.
Tapi saat ini bukanya melahapnya tapi malah pada ribut sendiri sana-sini,adu domba.
Makam Sunan Ampel saja yang wafat ratusan tahun lalu, masih mampu mempersatukan masyarakat yang masih hidupp. Pintu makam selalu dibuka, semua orang dapat menziarahi,apapun warna kulitnya, apa nama partainya, kanan-kiri banyak orang jualan pendapatan mereka bertambah untuk menyabunghidup mereka.
Muka mau ditaruh dimana??? orang yang sudha mati saja masih bisa begini (mempersatukan masyarakat) Tapi kita yang masih hidup tidak bisa apa-apa..
EmoticonEmoticon